Menilik Ajaran Wulang Reh dalam Kehidupan Masyarakat yang Pluralisme, Salah Satu Sumber Inspirasi Lahirnya Pancasila

by Nano Bethan
142 views
Opini

Oleh : Agus Widjajanto

Serat Wulang Reh merupakan salah satu serat atau ajaran piwulang yang sangat populer dan digemari masyarakat Jawa jaman dahulu. Selain serat Wredhatama yang ditulis Sri Paduka Pakubuwono IV, Raja Surakarta, bahasa Jawa dalam bentuk tembang Gending Jawa. Serat Wulang Reh merupakan salah satu sumber aspirasi lahirnya Pancasila oleh Pendiri Bangsa Ir. Soekarno dalam Pidatonya didepan Sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, tentang falsafah dasar Negara.

Ajaran Wulang Reh sendiri penuh dengan ajaran filosofi tentang laku ( jalan ) hidup yang harus dijalani, sebagai manusia seutuhnya, jasmani dan rohani, sebagai upaya membangun masyarakat yang beradab .

Wulang Reh dapat dimaknai ajaran atau tata cara mencapai tingkat laku tindakan untuk mencapai dan menuju hidup. Saling memahami yang mengutamakan moral untuk membangun  pribadi yang dapat menempatkan diri disemua posisi  dalam bermasyarakat ,berbangsa dan Bernegara sebagai sebuah komunitas bersama didalam masyarakat yang Pluralisme. Dalam sebuah Negara seperti Indonesia tercinta,  Kita merdeka karena adanya keinginan bersama dari beberapa perbedaan kultur budaya adat istiadat untuk mencapai tujuan bersama, yang Merdeka yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Wulang Reh memiliki arti , Wulang, ajaran atau pitutur  kalau dalam bahasa Jawa, sedangkan, Reh mempunyai makna jalan atau aturan . Serat Wulang Reh adalah karya sastra  ditulis dan diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro ke IV dari Surakarta yang mengajarkan seperti yang telah penulis singgung diatas menyangkut , ajaran kepemimpinan tata kelola kerajaan dan ajaran tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari berbagai golongan yang berbeda. Serat Wulang Reh ini banyak sekali mengandung aspek aspek sosiologi terutama dibidang Inter Group Relation.

Bahwa khusus yang akan ditulis disini adalah menyangkut fenomena kepemimpinan masa kini yang mana dalam masa Reformasi, semua orang bisa berpendapat sebagaimana diatur oleh Kontitusi kita. Dalam kaitan faktor kepemimpinan yang memang juga ditulis dalam serat Wulang Reh yang pada masa kemerdekaan di Era Modern ini telah diadopsi dan mengambil dari inti sari ajaran Wulang Reh didalam pendidikan formal kepemimpinan di Negara kita .

Bahwa mengacu pada ajaran dalam Serat atau tulisan sastra dalam Wulang Reh ada empat aspek untuk mencapai kepemimpinan yang ideal untuk dijadikan pedoman dalam tata kelola Kepemimpinan yaitu :

Den Ajembar, artinya harus luas, yang bisa dimaknai disini diri kita harus mempunyai  pandangan pemikiran dan hati yang luas, bisa menerima masukan baik dari bawah ,dari tengah maupun golongan atas, yang bisa dijadikan pengambilan keputusan secara tepat dan bijak.

Den Momot, bisa memuat, yang maknanya bahwa jikalau diri kita bisa menjalani pada fase ajaran pertama diatas, kita bisa memuat menampung dan menerima segala aspirasi rakyat, semua golongan. Syarat utama dari bisa menampung memuat aspirasi adalah adanya wawasan pandangan dan hati yang luas sesuai point’ satu diatas.

Lawan Den Wengku, bisa melawan ambisi sendiri , yang makna nya kalau dijabarkan lebih lanjut , adalah diri kita harus bisa menghilangkan Ego Pribadi, kepentingan diri dan golongan,  untuk dapat mengelola tata kelola baik didalam kekuasaan maupun dalam bisnis, untuk mengatur Kawulo dan Gusti bawahan dan atasan .

Den Koyo Segoro artinya biar seperti laut samudera. Maknanya , apabila kita bisa menjalan kan  hal hal yang diajarkan diatas, yaitu bisa menampung aspirasi dari bawah hingga atas, dan bisa menahan diri dan menghilangkan ego pribadi dimana hidup didedikasikan seluruh ya untuk kemaslahatan umat atau Kawulo-nya atau rakyat dan atau pegawainya, maka diri kita akan bisa memiliki ilmu, wawasan, pandangan  dan hati seperti Seluas samudera raya, seperti hal nya para pemimpin pemimpin jaman kerajaan dulu yang tertulis harum dalam sejarah Bangsa ini.

Apakah para pemimpin saat ini, Anggota Dewan yang diajukan Oleh Partai politik dalam sistem multi  Partai dan para penegak hukum Hakim , Jaksa, Pengacara , dan Polisi sebagai benteng keadilan dalam seluruh strata, sudah menjalani, melaksanakan dan  memenuhi kriteria dengan apa yang telah ditulis dan diajarkan oleh Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta, dalam serat Wulang Rehnya ?

Tiada gading yang tak Retak, tapi setidaknya marilah kita  berusaha untuk menjalankan apa yang telah ditulis sebagai ajaran laku dari para leluhur para Raja tanah Jawa ini agar menjadi insan kamil dan terciptanya manusia Indonesia yang adil dan beradap, menuju Indonesia    Adil Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi , Toto Trentrem Kerto Raharjo.

Penulis adalah Praktisi hukum dan  pemerhati Budaya Jawa tinggal di Jakarta

Berita Terkait