Kakawin Nagara Kertagama, Merupakan Sumber dari Nilai – nilai Pancasila

by Nano Bethan
236 views

Oleh. : Agus Widjajanto

Jangan ajari kami anak cucu dan generasi dari Majapahit ini sebagai bangsa Nusantara dengan budaya yang baru  yang bagi kami, sebelum bangsa lain berbudaya, bangsa nenek moyang kami sudah lebih dahulu punya peradaban dan budaya yang adi luhung

TABLOIDDICTUM.COM – Dalam buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat”, auto biografi Proklamator dan Presiden Pertama Indonesia, halaman 20 di tulis “Aku tidak mengatakan ,bahwa aku menciptakan Pancasila . Apa yang dikerjakan hanyalah menggali jauh kedalam bumi kami, tradisi – tradisi kami sendiri  dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah”.

Dalam kitab Kakawin Nagara Kertagama, ditulis Mpu Prapanca, dalam bahasa Jawa kuno yang ditemukan pertama kali di pulau Lombok oleh peneliti Belanda pada tahun 1894 Masehi, dimana dikatakan, Indonesia pada abad ke-14 Masehi diperintah oleh seorang Raja dengan ide – ide modern keadilan sosial, kebebasan beragama, keamanan pribadi  dan kesejahteraan rakyat sangat dijunjung tinggi. Bahwa Naskah Kakawin Nagara Kertagama telah diakui oleh kalangan Internasional  dan secara resmi masuk dalam daftar Memory of  the World UNESCO.

Perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, yang dulu disebut Nusantara, berjalan begitu runtut dari abad keabad. Sebelum manusia penjelajah Eropa menemukan benua Amerika dan benua lain, pada milenial abad 0 sampai abad pertama, sebenarnya nenek moyang bangsa ini sudah mengarungi samudera  dengan kapal – kapal penjelajah dari kayu jati berlayar sampai ke Taiwan, Afrika Timur, Selandia Baru dan  Madagaskar.

Baca juga:Sejak Reformasi, Bangsa Kehilangan Petunjuk Jalan Arah Tujuan Negara

Jauh sebelum Imperium Majapahit maupun Sriwijaya, dan Mataram Hindu ada, sudah melakukan penjelajahan untuk berhubungan niaga dengan manusia di seberang lautan samudera. Bangsa yang mendiami kepulauan  Nusantara adalah bangsa yang silih berganti datang dan melakukan hubungan.

Pada awalnya bangsa Nusantara ini mendapat gelombang imigrasi dari Yunnan, China bagian selatan (Teory Open Heymar, mencairnya es, tenggelamnya Benua Sunda/ Sunda land). Bangsa yang datang dari Yunnan ini kemudian berakulturasi dan saling bertukar budaya dengan penduduk lokal yang lama mendiami Nusantara.

Sejarah bangsa ini semakin berkembang cepat setelah mereka belajar sistem tulisan dari bangsa India yang menyebut dirinya bangsa Bharata, karena letak India disebelah barat Nusantara. Hal ini berakibat adanya tulisan – tulisan dari peninggalan leluhur bangsa kita, berupa temuan prasasti dari masa kerajaan  Kutai, Taruma Negara di Jawa Barat, Sriwijaya di Jambi dan Palembang serta Mataram Hindu dan Kalingga Jepara yang mempengaruhi corak kerajaan di Sulawesi  dan Kalimantan serta Philippines .

Dari uraian teks Kakawin Nagara Kertagama , para ahli dapat merekonstruksi keadaan sosial, politik, kebudayaan dan keagamaan yang menghormati tolransi berdampingan penuh kekeluargaan. Ini  menunjukan bahwa Majapahit saat itu betapa maju, dan luas serta tingginya kebudayaan dan peradaban yang dicapai.

Baca juga: Manunggal Kawuloning Gusti atau Manunggal Kalawaning Gusti dalam perspektif Kepemimpinan Nasional

Sistem sosial dan sistem kekuasaan yang demikian luas wilayah kekuasaan  geografinya, menunjukan bahwa Majapahit mengalami masa keemasan  dan kegemilangan, dimana Bangsa Nusantara ini, mengenal siklus kegemilangan dan keemasan setiap 700 tahun .

Nilai nilai dari Pancasila sendiri tertulis dalam Kakawin Nagara Kertagama  pada Pupuh ke 43 ayat 2 yang berbunyi, “Nahan hetu Narendra Bhakti RI padha Sri Sakya sinhasthiti, yatnagegawhan i Pantjasila kertasansekerta rabishe kakrama, lumra nama jinabhiseka nira San Sri jnana bajres’ wara, tarkka wyakaranadhisastran inaji Sri Natha wijnanulus”.

Arti harafiahnya, alasan sang Raja mantab berbakti pada kaki Sri Singha Sakya, karena berusaha memegang teguh pada Pancasila, lima kaidah tingkah laku utama, diresmikan dalam tata upacara penobatan. Nana gelarnya menurut penafbisan adalah Sri Jnana Bajreswara , kebijaksanaan, hingga ilmu kesempurnaan/ ketuhanan  tinggi karena memegang teguh tata cara adat, kitab suci agama dan kepercayaan luhur.

Dalam Kitab Kakawin Nagara Kertagama juga menulis, bunyi dari Sumpah Amukti Palapa dari Maha Patih Gajahmada, yang saat itu bercita cita akan menyatukan Nusantara, agar bisa terjaga kehidupan yang tentram damai mencapai kesejahteraan bersama, dalam satu naungan panji panji Majapahit yang isinya adalah “Lamun huwus kalah Nusantara Isun Amukti Palapa, Lamun huwus kalah ring gurun, ring seran, ring tanjung pura, ring Haru, ring, Pahang, ring Dompo, Bali, Tumasik, Sunda, Palembang, Samana ingsun Amukti Palapa”.

Kepulauan Nusantara selalu disertai matahari sepanjang hari, yang diungkapkan penuh kata hati yang menunjuk pada hati, jiwa, Sukma, Atma, rohani kita. Kakawin Nagara Kertagama ditulis begitu indah dan hening dimasa kejayaan Majapahit, dimasa Raja Hayamwuruk, dari seorang maestro pujangga yaitu Mpu Tantular. Beliau sendiri adalah penganut agama Bhuda Mahayana, akan tetapi menulis kisah Raja – raja dan negara yang agama resmi-nya Hindu Siwa dengan politik hukum bercorak Hindu Siwa.

Disinilah kehebatan seorang Mpu Prapantja, karena dengan demikian karya pujangga beliau bisa memberikan dan meninggalkan catatan sejarah serta karya sastra tinggi yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi beriku nya, yaitu lahirnya nilai – nilai Pancasila yang pada tanggal 18 Agustus 1945 dijadikan sebagai Dasar Negara, merupakan falsafah hidup serta jati diri bangsa Indonesia .

Baca juga: Apakah Hukum Berkaitan dengan Norma dan Etika ? Ini Pendapat Praktisi Hukum Agus Widjajanto

Bahwa bentuk toleransi dari Mpu Prapanca ini, yang seorang penganut Budha tapi berkarya secara hening, rame ing gawe sepi ing pamprih, berkarya untuk sebuah kerajaan besar Majapahit yang diidentikan dengan Kerajaan Hindu. Bentuk toleransi ini menjadi sangat luar biasa senapas dengan semboyan dalam kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, yang menyatakan,  “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa” yang bermakna,  Walaupun berbeda beda namun satu jua, tidak ada darma, kebaikan dan kebenaran yang mendua.

Maka jangan ajari kami anak cucu dan generasi dari Majapahit ini sebagai bangsa Nusantara dengan budaya yang baru  yang bagi kami, sebelum bangsa lain berbudaya, bangsa nenek moyang kami sudah lebih dahulu punya peradaban dan budaya yang adi luhung.  Kami terbiasa hidup rukun damai, berdasar musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan perbedaan dan masalah yang kami hadapi.

Jangan ajari kami cara berdemokrasi, yang selalu dengan slogan hak asasi manusia, karena UNESCO sendiri telah mengakui kitab Warisan dari nenek moyang kami yakni Kakawin Nagara Kertagama merupakan warisan dunia, yang mengajarkan ide – ide modern keadilan sosial, kebebasan beragama, keamanan pribadi  dan kesejahteraan rakyat yang dijunjung tinggi dalam konstitusinya sejak jaman dahulu kala hingga lahir nya Indonesia sebagai negara Kesatuan Republik Indonesia****

Penulis adalah Praktisi hukum, pemerhati sosial budaya hukum dan politik tinggal di Jakarta

Berita Terkait