Mengembalikan Marwah Partai,  Tommy Soeharto Dipandang Layak Gantikan Airlangga Hartarto Sebagai Ketum Partai Golkar

by Nano Bethan
111 views
Ketum Golkar

JAKARTA, TABLOIDDICTUM.COM – Musyawarah Nasional Partai Golkar rencananya akan baru akan digelar, Desember 2024. Tetapi saat ini sudah mencuat beberapa nama Calon Ketua Umum (Caketum) Partai berlambang pohon beringin tersebut.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka, ikut meramaikan bursa Caketum setelah ada wacana   bergabung ke Partai Golkar. Munculnya nama Jokowi dan Gibran Raka Buming Raka menuai pro dan kontra dikalangan masyarakat, khususnya di internal partai.

Tidak sedikit yang ‘menolak’ secara halus bergabungnya Jokowi dan Gibran ke Golkar dan menjadi Caketum dalam Munas Desember nanti. Salah satunya adalah  Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Menurutnya,  Partai Golkar memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) atau aturan internal partai yang mengatur syarat menjadi Ketua Umum (Ketum). Seperti diketahui, AD/ART Partai Golkar, syarat seseorang mencalonkan diri menjadi Ketum minimal harus lima tahun di dalam kepemimpinan partai.

Baca juga: Presiden Terpilih dalam Pilpres 2024, Ramalan Jayabaya dan Michael Nostradamus

Selain itu, muncul nama Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto yang lebih layak maju menjadi Caketum dalam Munas Partai Golkar akhir tahun nanti.  “Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto lebih layak jika disorongkan menjadi caketum Partai Golkar bersaing dengan beberapa nama yang diisukan maju dalam Munas Golkar,” ungkap   Ketua Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (SOKSI) Jakarta Utara, Rouli Rajagukguk, Senin 18 Maret 2024.

Ada beberapa alasan kenapa Tommy Soeharto sangat layak maju  dalam bursa caketum Partai Golkar. Putra bungsu mantan Presiden Soeharto itu diketahui tidak haus dengan kekuasaan. Selama 20 tahun terakhir, alih-alih masuk dan bermain dalam pusaran kekuasaan, Tommy lebih fokus menjalankan dan membesarkan bisnis.

“Selain itu, Tommy Soehato layak meneruskan kepemimpinan Bapak Airlangga Hartarto, karena Bapaknya, Presiden RI Kedua merupakan tokoh Pendiri Partai Golkar. Dalam sejarah pendiriannya, identik dengan berdirinya Orde Baru  dan Bapak nya telah  membesarkan Partai Golkar,” jelas Rouli Rajagukguk dalam rilisnya kepada media.

Lebih lanjut dikatakan,  nama Tommy Soeharto diharapkan dapat mengembalikan marwah Partai Golkar dan yang bersangkutan merupakan tokoh politik yang tidak tersandera kasus dugaan tindak pidana korupsi. “Jika Tommy maju, tentu banyak kader yang berharap akan bisa mengembalikan marwah dan kejayaan Partai Golkar. Momentumnya sangat tepat, paska Pemilu 2024,” pungkas Rouli.

Baca juga: Pembatalan Akta Perkawinan, Anak Angkat Tidak Memiliki Legal Standing Mengajukan Gugatan

Sementara itu, Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Prof. Dr.  I Gde Pantja Astawa SH., MH., mengatakan, Partai Golkar sejak era reformasi ada perubahan orientasi kepemimpinan sehingga semua kader mempunyai peluang menjadi Ketua Umum Golkar.

“Golkar sekarang tidak lagi berorientasi pada tokoh, tapi pada kader. Dengan melihat Golkar yang berorientasi pada kader, ini peluang bagi kader-kader Golkar, siapapun dia. Ini pintu masuk, andaikata Tommy Soeharto mau,” kata Prof. Pantja Astawa.

Tetapi soal peluang Tommy Soeharto muncul dan maju sebagai salah satu kandidat Ketum, menurut Prof. Gde Pantja ada sejumlah catatan. Antara lain, apakah nama Tommy Soeharto masih tercatat sebagai kader partai dan itu diketahui dan diatur dalam AD/ART Partai Golkar.

Ini bisa menjadi batu sandungan. Apabila Tommy sudah bukan bagian dari Golkar, maka otomatis tidak bisa maju dan mencalonkan diri sebagai Calon Ketua Umum di Musyawarah Nasional 2024 dan atau Munaslub yang belakangan didorong sebagian kader Golkar.

Baca juga: Aneh, Anak Angkat Gugat Pembatalan Akta Perkawinan, Dikabulkan Majelis Hakim PTUN

“Kalau misalnya Tommy mampu mempengaruhi kader-kader Golkar, dia dimunculkan dan kemudian di Munas itu diubah AD ART, bisa jadi beliau bisa ikut maju bertarung. Tetapi ini tergantung  bagaimana pendekatannya,” ungkap Prof. Pantja Astawa.

Selain itu, menurut Guru Besar asal Bali ini, Tommy Soeharto mempunyai beban sejarah. Banyak pihak yang akan melihat dirinya dengan kiprah bapaknya selama memimpin Orde Baru. Walaupun secara obyektif, ada  kelebihan dari kelemahan dan kekurangan selama  Indonesia  dipimpin Pak Harto. ” Tommy harus mampu menanggung beban itu kalau mau tampil dipanggung. Dia harus beda performance-nya dari bapaknya,  dan itu tidak mudah,” tegas Prof. Pantja Astawa.

Dikatakan, Tommy Soeharto memang  mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sosial dan itu  tidak berbeda jauh dengan Pak Harto, bapaknya. Akan tetapi, itu tidaklah cukup. Publik akan melihat juga bagaimana kemampuan manajerial, leadership, termasuk dibidang strategi seperti ayahnya yang membuat Indonesia relatif aman dan stabil, baik ekonomi dan keamanan selama puluhan tahun. “Mampu tidak begitu ? Memang tidak mudah menurut saya. Tetapi bukan tidak mungkin dia akan menjadi rising star apabila mampu menjawab beban sejarah,” tegasnya.

Prof. Gde Pantja Astawa menyinggung kiprah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Kemunculan Mega dipanggung politik juga menanggung beban yang sangat besar. Bagaimana Mega dihadapkan pada ketokohan ayahnya sebagai pemimpin Orde Lama yang terkenal dengan demokrasi terpimpin, kemudian pemimpin otoriter.

“Mega tampil dengan beban sejarah berat, memang kelebihannya sebagai anak dari Proklamator dan  Presiden, tetapi sisi kelemahannya juga ada. Toh, Mega bisa bangkit dan itu membutuhkan waktu dan sekarang menjadi tokoh sentral yang kuat, belum tergoyahkan,” ungkapnya.

Baca juga: Kakawin Nagara Kertagama, Merupakan Sumber dari Nilai –  nilai Pancasila

Lebih lanjut dikatakan, semuanya kembali kepada Tommy Soeharto apabila sungguh-sungguh dan serius maju dalam bursa Caketum Partai Golkar. Demi masa depan Bangsa yang lebih baik,  dalam politik, harus berani menghadapi itu semua. “Tommy Soeharto harus berani maju. Jangan terbebani dengan masa lalu. Ambil yang baik dan kelebihan yang telah dilakukan bapaknya, tetapi kekurangannya jangan,” pungkas Prof. Pantja Astawa.

Sejalan dengan pendapat Prof. Dr. I Gde Pantja Astawa , praktisi hukum dan pengamat politik sosial budaya, Agus Widjajanto, mengatakan, tidak salah dan sudah  sewajarnya  jika nanti  Golkar dipimpin oleh kekuarga cendana,  yakni salah satu putra dari Mantan Presiden Soeharto. “Ada  Historis Sejarah yang panjang serta masih punya basis masa yang kuat diakar rumput. Tinggal bagaimana DPD diseluruh Indonesia, bersepakat untuk mencari tokoh pembaharu yang diharapkan mengembalikan marwah partai,” kata Agus Widjajanto.

Menurutnya, Partai Golkar  adalah partai yang sarat akan kekaryaan berbasis nasionalis tapi Religius yang pengkaderannya telah matang secara konsolidasi dari bawah ke atas. Partai Golkar dulu bernama Sekber Golongan Karya, dibentuk pada tanggal 20 Oktober 1964, Oleh Soeharto dan Suhardiman , yang tentu mempunyai ikatan sejarah yang sangat erat dengan keluarga Cendana, sebagai pendiri.

“Ini yang harus dipahami oleh fungsionaris Partai Golkar, jangan sampai “Kualat” terhadap pendirinya. Ironisnya, saat ini kekuarga Cendana justru tidak satupun menjadi pengurus di partai dengan lambang pohon beringin tersebut,” pungkas praktisi hukum dari Jakarta itu.  NAN

Berita Terkait

1 comment

Comments are closed.