Perhitungan Jaman dan Sejarah Jawa,  Nusantara dalam Tulisan Prabu Mapanji Jayabaya

by Nano Bethan
268 views
Opini

Oleh.  : Agus Widjajanto .

“Janganlah kami ini anak cucu dari leluhur bangsa Nusantara  ini diajari bagaimana mengenal Budaya, Agama,  Demokrasi maupun Sistem Pemerintahan dan Ketatanegaraan”

DICTUM.COM- Sejarah Panjang tanah Jawa sebagai pusat dari Nusantara, baik dari segi banyaknya penduduk maupun secara energi pusat bumi tertulis dalam lengkap dalam bentuk prosa maupun tembang. Tertuang dalam tulisan Kitab Serat “Praniti Radya” dan Serat “Praniti Wakya” ditulis pada jaman Prabu Sri Maharaja Mapanji Jayabaya (Raja ke-III dari Kerajaan Panjalu, Kediri  di  Jawa Timur).

Sejarah Jawa klasik (Kuno) hingga masa mendatang , sebagai pusat Pemerintahan dan pusat ekonomi dan energi di Indonesia (Nusantara) ini, ditulis dalam kedua kitab Serat tersebut, terbagi menjadi tiga jaman besar yaitu:

Jaman Kaliswara

Yang dihitung dan dimulai dari awal tanah Jawa dihuni dan didiami oleh manusia yang kemudian membentuk komunitas awal dalam bentuk kerajaan kecil. Awalnya adalah Gung Liwang Liwung alis hutan belantara kosong dan meninggalkan aura yang sangat luar biasa kuat. Setelah masa jaman baru, dimana saat itu akibat pergeseran lempengan Kerak bumi dan fenomena alam terjadinya banjir besar yang menenggelamkan Daratan Sunda (Sunda Land dalam Teory Stepent OpenHeimer 1998), terputus menjadi ribuan pulau. Menurut para ahli, jaman dahulu kala pernah didiami oleh sebuah bangsa yang sangat maju peradabannya yang disebut Bangsa LeMuria.

Jaman Kaliswara sendiri oleh Prabu Maharaja Jayabaya, dihitung dimulai sejak tahun 1  Condro Sengkolo (kurang lebih tahun  430 Sebelum Masehi) hingga pada tahun 220 Masehi saat pemerintahan Prabu Krisna Dwipayana ( Resi Abiyasa ) pada kerajaan Astinapura di Jawa tengah bagian selatan.

Baca juga: Peradaban Bangsa LeMuria, Agama Kapitayan, dan Perspektif Sejarah serta Datangnya Agama Besar di Nusantara

Jaman Kali Yoga

Dimana dimulai ditulis dalam kitab Serat Praniti Radya dan Serat Praniti Wakya  dihitung mulai pada saat pemerintahan Prabu Krisna Dwipayana pada tahun 220 M hingga pada tahun 1478 M,  pada saat Kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan dan masuknya peradaban baru yaitu jaman para Wali Songo (Wali sembilan) yang melakukan penyebaran Islam di Jawa, yang dibangun oleh Raden Rahmatullah sunan Ampel di Ampel Denta.

Jaman Kali Sengoro atau  Kali Segoro (Sungai besar yang muara nya ke lautan samudra), dihitung sejak berdirinya Kerajaan Demak Bintoro di Jawa Tengah. Merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa hingga pada jaman yang tertulis pada tahun Surya 2200 atau kurang lebih pada tahun 2400 M, dimana termasuk pada saat jaman kita hidup di bumi Indonesia saat ini, hingga kedepan.

Bahwa semua catatan induk kerajaan dari awal hingga akhir yang ditulis oleh Sri Maharaja Mapanji Jayabaya,  ditulis dalam bentuk perhitungan jaman berdasarkan tahun Surya, yang oleh kebanyakan masyarakat menyebut”Ramalan Jangka Jayabaya”.

Kitab Serat Praniti Radya dan Serat Praniti Wakya pernah diteliti dan dipelajari serta ditulis dalam bentuk jurnal akademis pada Universitas Kyoto, Jurnal Internasional Vol 32 Nomor 1 bulan Juli 1994, oleh Prof Dr Toru Aoyama dalam sudut pandangan sejarah Jawa klasik.

Baca juga: Ana Al Haqq dalam Perspektif Jalaluddin Rumi, Syech Siti Jenar dan Ronggo Warsito

Masyarakat umum kadang selalu disuguhi berita hoax tentang ramalan Jangka Jayabaya, yang telah dibumbui dan ditambah – tambah yang menimbulkan kegaduhan dan sekaligus impian yang kadang terlampau tinggi. Kitab Ramalan Jayabaya yang meramal keadaan Jawa yang akan datang yang dianggap atau dipandang  asli adalah karya pangeran Wijil 1 (Pangeran Kadilangu II) dari Kadilangu Demak, Cucu dari Sunan Kalijaga  Raden Mas Sahi, ditulis pada tahun 1666 – 1668 Tahun Saka atau tahun 1741 – 1743 M.

Merupakan gubahan dari kitab Musasar karangan Sunan Giri ke-3  atau Sunan Giri Prapen yang menulis bahwa Prabu Brawijaya dari Kediri yang menulis ramalan tersebut. Sedangkan karya asli Dari Sri Baginda Maharaja Jayabaya yang asli adalah Kitab Serat Praniti Radya dan Praniti Wakya. Membagi tiga jaman yakni jaman Kaliswara, jaman Kaliyoga dan jaman Kali Sengoro.

Bahwa dengan ditulisnya sejarah Jawa klasik hingga jaman  kedepan dari Bangsa ini, khususnya Jawa dalam mencapai dan menggapai kejayaan, dimulai pada abad ke-2 M. Tulisannya menjangkau dimensi jaman dari sejak jaman prasejarah yaitu tahun 400 sebelum Masehi hingga pada tahun 2400 Masehi, menunjukan  bahwa Bangsa ini telah mencapai suatu peradaban yang sangat tinggi yang telah  menorehkan  sejarah  dan peradaban besar, bukan hanya dalam ilmu Astronomi, tapi juga dalam hal ilmu metalurgi , arsitektur, ketatanegaraan , hukum dan pemerintahan.

Baca juga: Restorative Justice dalam Perspektif Hukum Adat dan Hukum Progresif

Bisa kita lihat dari peninggalan leluhur masa lalu, yakni keris yang merupakan warisan leluhur. Dimana proses pencampuran logamnya secara ilmu metalurgi hingga saat ini masih menjadi misteri bagi para ahli. Belum lagi peninggalan   Candi – candi,  tidak hanya Candi Borobudur dan Prambanan tetapi juga Candi Mendut, Candi Dieng.

Belum lagi alat musik berupa  Gamelan yang murni terbuat dari logam, yang proses pencampuran logamnya dengan ilmu  metalurgi nya juga sangat rumit. Negara manapun belum ada warisan alat  musik yang terbuat dari logam. Begitu juga warisan  sastra dari pujangga – pujangga besar Jawa dan lain – lain yang merupakan peradaban sebuah kebudayaan sangat tinggi dari sebuah Bangsa.

Dimana pada abad ke -2 Masehi, belahan di dunia lain masih hidup dalam kehidupan primitif,  Bangsa ini sudah mencapai peradaban agung. Janganlah kami ini anak cucu dari leluhur bangsa Nusantara  ini diajari bagaimana mengenal Budaya, Agama,  Demokrasi maupun Sistem Pemerintahan dan Ketatanegaraan. Seakan nenek moyang beserta kami keturunannya adalah bangsa primitif jahiliyah,  yang tidak mengenal agama dan budi pekerti. Leluhur kami sudah mengenal dan menciptakan lebih dahulu dari pada  bangsa lain.

Kita sebuah bangsa yang selalu punya rasa toleransi  dan bisa menerima budaya luar dan para pendatang dari bangsa lain,  tapi jangan rendahkan  kami karena kami akan tetap teguh pada budaya asli. Walaupun  kami cinta damai, akan  tetapi kami lebih cinta kemerdekaan Bangsa yang dibangun oleh para pendiri bangsa ini dengan darah dan airmata. Telah  diramalkan akan menjadi mercu suar dunia dengan tatanan Dunia Baru, di Era Asia Pasifik sebagai Garda Terdepan dalam kemajuan  Ekonomi Global ****

Penulis adalah pemerhati Sosial Budaya dan sejarah Bangsanya.

Berita Terkait